Minggu, 20 Maret 2011

PENGALAMAN MUALLIMIN DI SEKOLAH DEMOKRASI OGAN ILIR


Nama saya Muallimin. Umur saya 25 Tahun, tahun 2009 yang lalu lulus sarjana Theologi di sebuah Sekolah Tinggi di Kota Jogjakarta dan resmi menyandang gelar Sarjana Theologi Islam. Saya tidak pernah berkpikir akan terjun dalam dunia yang penuh hiruk-pikuk yang akan saya sampaikan dalam cerita singkat kali ini.
Singkat cerita, waktu itu saya ditawari seorang teman masuk ke dalam sekolah gratis katanya, saya lihat brosur dan membacanya dengan teliti, saya amati dan saya berfikir, zaman sekarang gratis, buang air kecil saja bayar. Saya teringat diskusi dengan kawan saya yang kuliah di jurusan Perbandingan Agama bahwa orang-orang misionaris banyak menyebar sekolah gratis, saya langsung kritis dengan adanya sekolah ini. Jangan-jangan ini salah satu misi misionaris kristen. Akhirnya saya abaikan saja tawaran itu.

Lama berselang, saya membaca lagi brosur yang diberikan kawan saya tersebut. Saya bolak-balik dan saya pahami secara mendetail, saya gogling di internet, di situ saya temukan Sekolah Demokrasi, Komunitas Indonesia Untuk Demokrasi. Sebuah wadah pendidikan berdemokrasi dan mencetak aktor-aktor demokrasi. Saya terkesiap, dan langsung saja menghubungi kawan saya yang mengajak saya tadi. Saya minta brosurnya dan akhirnya saya penuhi prosedur demi prosedur sekolah ini, mulai dari pendaftaran, test wawancara dan akhirnya tanda tangan kontrak belajar selama satu tahun.
 Di sekolah ini saya menemukan banyak kawan-kawan baru, ada lelaki dan perempuan yang berasal dari berbagai macam daerah di Kabupaten Ogan Ilir dan beragam-macam latar belakang pendidikan dan profesi. Dari 35 kawan saya tersebut ada dua orang  yang sudah saya kenal sebelumnya seperti kak Fikri dan Ujok Epan. Kak Fikri dan Ujok masih mempunyai hubungan keluarga dengan saya walau terhitung masih jauh. Saya merasa senang sekali dapat sekolah di sini.
Sekolah ini tidak menetap layaknya sekolah-sekolah atau kampus-kampus pada umumnya, akan tetapi nomaden, mempunyai sistem belajar in-class dan out-class. Dalam catatan saya ada beberapa wisma tempat belajarnya, Wisma Maharani, Wisma Olga, Wisma Sekip, dan Wisma Citra Indralaya, sekolah ini juga kadang mendatangi kantor-kantor pemerintahan, terhitung dari pertama pembelajaran kami mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah Ogan Ilir dan kantor DPRD Ogan Ilir.
Yang paling menarik adalah Talkshownya, saya kebagian talkshow di radio Indralaya FM bersama tiga teman saya, yakni Fera, Baya dan Wiran. Kami dipandu oleh fasilitator yang namanya sama persis dengan nama saya. Dalam talkshow tersebut kami menjawab bergantian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh para partisipan dan pendengar radio. Sungguh pengalaman yang mengasyiknya dan sangat berharga. Akan tetapi sebenarnya saya kepingin sekali talkshow di televisi, karena jangkauannya lebih luas dan wajah saya bisa nampang di layar kaca, akan tetapi takdir berkata lain.
Pertemuan demi pertemuan saya lalui dengan semangat, banyak sudah materi pendidikan tentang ketatanegaraan, politik dan semacamnya yang saya dapatkan dari narasumber-narasumber baik lokal maupun nasional. Sungguh saya sangat merasa beruntung dapat menggali ilmu dari mereka walaupun cuma setengah hari saja pertemuan dengan para narasumber itu akan tetapi ilmu yang saya dapatkan sudah sangat melimpah ruah, wawasan saya tentang kondisi negara dan bangsa Indonesia semakin terbuka.
Yang sangat saya ingat dalam sekolah ini adalah narasumber yang telah memberikan saya wawasan tentang kondisi bobroknya hukum di Indonesia adalah Bapak Almarhum Asmara Nababan. Beliau dengan tegas mengungkap carut marutnya wajah hukum di Indonesia, mulai dari para pelaku hukum hingga mafia hukum diungkap secara detail. Saya sangat sedih ketika saya mengetahui bahwa Pak Asmara Nababan meninggal dunia, mudah-mudahan arwah beliau diterima di sisi-Nya.
Ada satu lagi narasumber yang sangat bekenan di hati saya adalah Arbi Sanit, walaupun saya sempat debat dengan beliau dan merasa dipojokkan dalam diskusi kelas, akan tetapi beliau dengan senyumnya menepuk pundak saya dan berkata rajin-rajinlah belajar ketika berada di luar ruangan seusai pembelajaran. Beliau memberikan spirit kepada saya untuk tetap rajin membaca dan belajar dan terus belajar. Terima kasih Pak Arbi.
Fasilitator yang sangat saya senangi adalah Pak Yenrizal, dia orangnya sangat  piawai dalam retorika dan cukup matang dalam penelitian. Saya bangga dapat belajar dari beliau. Fasilitator satu ini cukup membuat saya terkesan, beliau tetap rendah hati dan mau berbagi, sabar dalam meladeni berbagai macam tindak tanduk para peserta sekolah yang sebenarnya sangat menjengkelkan termasuk saya.
Pak Tarech ? akh, tentang beliau jangan ditanya, saya agak bosan dengan beliau, karena marah-marah melulu di kelas. Memang sih, marah beliau ada alasannya, akan tetapi saya jenuh bukan karena apa-apanya, yang saya jenuhkan adalah mengapa kesenangan saya berfikir tentang teori yang telah saya dapat dirusak dengan kondisi yang sedemikian, pernah saya keluar agar tidak ikut dimarahi oleh beliau, karena nila setitik rusak susu sebelanga istilahnya satu dua orang yang membuat kesalahan seluruhnya disalahkan. Nasib, memang rambut sama hitam akan tetapi berbeda-beda.
Akan tetapi sebenarnya saya sangat berterima kasih kepada seluruh fasilitator Sekolah Demokrasi Ogan Ilir yang telah sabar menghadapi semua perilaku buruk dari saya, kadang saya nakal tidur di dalam kelas, akan tetapi tidur saya bukan karena saya kurang ajar, akan tetapi saya merasa ngantuk mungkin karena narasumber yang memberi materi tidak baik dalam pandangan saya atau kadang otak sudah full terisi, kadang juga saya merasa apa yang disampaikan narasumber hanya sekedar pengetahuan umum saja. Saya dihadapkan pada pilihan yang sulit dalam masalah ini, jika saya tidak ikut pembelajaran saya dianggap absen, maka mending saya tidur saja di dalam kelas. Hehehe…
Akhirnya sekolah ini tak terasa telah berakhir, saya sedih juga berpisah dengan sekolah ini. Banyak pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan dari sini, saya bertekad ke depan untuk setidaknya mengamalkan apa yang saya anggap dapat saya lakukan dari sekian banyak ilmu yang saya raih tersebut. Mudah-mudahan saya dapat menjadi salah satu orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar