Rabu, 28 April 2010

Proses Kejadian Manusia


A.     Proses Kejadian Manusia
Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan tanda-tanda yang ada pada diri manusia menunjukkan sifat penciptaannya dan hikmahnya. Proses penciptaan manusia berdasarkan surat Al-Mu’minun ayat 12 – 14
12.  (Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia) yakni Adam (dari suatu saripati (berasal) dari tanah.) artinya ” Aku telah memeras sesuatu dari padanya yaitu (tanah).
13.  (Kemudian kami jadikan ia )manusia atau keturunan Adam (dari saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh) yaitu rahim.
14.  (Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah,) darah kental  (lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,) daging yang besarnya sekepal tangan  (dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.) Artinya kami jadikan (Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.) yaitu dengan ditiupkan roh ke dalam tubuhnya ( Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.) sebaik-baik yang mencipta sedangkan ”mumayyiz” dari lafadz ”ahsan” tidak disebutkan karena sudah dapat diketahui.[1]
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pandangan Umar sejalan dengan kehendak Allah dalam empat hal, antara lain mengenai turunnya ayat 12 surah Al-Mu’minun sampai 14 surah Al-Mu’minun, maka turunlah ayat tersebut yang sejalan dengan ucapan Umar. ”Diriwayatkan oleh Abi Hatim bersumber dari Umar”[2]

B.     Fase – Fase Dalam Proses Kejadian Manusia Menurut Surat Al-Mu’minun 12 – 16
  1. Fase Tanah
12.              Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (Qs. Al-Mu’minun : 12 )

Pengertian ayat ini mempunyai 2 pendapat; Pertama kata ”insan” berarti Adam As. Dan dikatakan ”sulalah” berasal dari tanah pendapat ini berdasarkan madzhab Al-farisi dan Ibnu Abbas dalam riwayat Qatadah. Kedua kata ”insan” berarti anak Adam sedangkan ’Sulalah” berarti utfah yang berasal dari tanah adalah Adam. Berdasarkan pendapat Abu Shaleh dari Ibnu Abbas. Dan ada pendapat lain(ketiga) yang menyatakan (sulalah min thin) menunjukkan sprema laki-laki dan ovum perempuan. Keduanya berasal dari makanan dan makanan berasal dari tanah.[3]
Dengan ketiga makna, ayat ini menunjukkan pada asal manusia pertama dan asal manusia secara langsung (setelah Adam) berasal dari tanah. Adam dari tanah dan sperma juga dari tanah. Kata ”sulalah” terambil dari kata ”salla” yang berarti mengambil, mencabut, patron kata ini mengandung sedikit, sehingga kata ’Sulalah” mengambil sedikit dari tanah dan diambil saripatinya.[4]
  1. Fase Nuthfah

13.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).( Qs. AL-Mu’minun : 13)

Ayat ini dimulai dengan kata pendek ”tsumma” kemudian yang hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk mengucapkannya. Kata pendek itu mempunyai makna yang dalam menembus batas waktu, mulai dari setiap manusia sampai masa ke masa penciptaan manusia pertama, Adam AS. Dan kembali ke Adam sampai awal penciptaan manusia dan awal penciptaan individu.nuthfah yang dimaksud disini nuthfah Amsyaj.  Yang terdiri dari unsur nuthfah laki-laki dan perempuan.[5]
  1. Fase ’Alaqah
14.  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, (Qs. AL-Mu’minun : 14)
Ibnu al-Jauzi dalam kitab Zad ”Al-Masir” berpendapat ’Alaqah” adalah sejenis dan arah yang bergumpalan dan kental, dikatakan juga karena sifat lembab dan bergantung pada periode yang dilaluinya.
Kata ”Alaqah” berasal dari ”Alaqa”, berarti segumpal darah darah. Yang dimaksud ’Alaqah” menurut para embriolog adalah proses dimana hasil pembuahan itu menghasilkan zat baru yang kemudian terbelah menjadi dua, lalu dua menjadi empat dan seterusnya berkelipatan dua dan dalam proses itu, ia bergerak menuju ke dinding rahim dan berdempet disana.[6]

  1. Fase Tulang dan Daging
14.  Dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. (Qs. Al-Mu’minun : 14)
Kasauna” berasal dari ”Kasa” yang berarti membungkus daging diibaratkan pakaian yang membungkus tulang.
Pada fase ini secara umum merupakan permulaan pembentukkan tulang dan perbedaannya dengan mudghah adalah munculnya daging kecil. Pada fase ini selanjutnya tulang-tulang tersebut dibungkus otot.[7]
  1. Fase Penciptaan Makhluk Yang Berbentuk Lain
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain, maka Maha Suci Allah pencipta yang paling baik. (Qs. Al-Mu’minun : 14)

Ayat ini mengisyaratkan pada janin tentang perkembangannya dibulan keempat dan setelahnya.
    1. Menurut Ibnu Jarir, masalah penafsiran makhluk yang berbentuk lain adalah peniupan roh di dalamnya karena dengan peniupan roh ini ”makhluk yang berbentuk lain” berubah menjadi manusia. Karena sebelumnya janin berasal dari air mani, segumpal darah, segumpal daging dan tulang kemudian ditiupkan roh di dalamnya.
    2. Dalam tafsir – tafsir terkenal penafsiran makhluk yang lain mengisyaratkan pada dua sisi, yaitu jasmani dan rohani.
    3. Dalam tafsir ibnu Katsir maksud makhluk yang berbentuk lain adalah Allah meniupkan roh ke dalamnya.
    4. Mufi memberitahukan suatu riwayat dari Ibnu Abbas maksudnya Allah memindahkan dari suatu keadaan ke keadaan lain sampai ia keluar dalam bentuk bayi.[8]

C. Kesimpulan

  1. Proses kejadian manusia itu melalui beberapa tahap.
  2. Fase-fase proses kejadian manusia
    1. fase tanah
    2. fase nuthfah
    3. fase ’alaqah
    4. fase mudhgah
    5. fase tulang dan daging
    6. fase penciptaan makhluk yang berbentuk lain
Menurut kami al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia dalam 2 tahapan :
1.      Tahapan primordial
Manusia pertama Adam As. Diciptakan dari At-Thin, At-Thurab, min Shal, hama – in masnun, yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian ditiupkan ruh ke dalam diri manusia itu.
2.      Tahapan biologis yang difahami secara sains empirik
Manusia diciptakan dari intisari tanah yang dijadikan dari air mani yang tersimpan dalam rahim, kemudian air mani dijadikan darah beku, darah beku dijadikan segumpal darah dan dibalut tulang belulang lalu ditiupkan roh.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahali, Imam Jalaludin, dan Imam Jalaludin As-Suyuthi “Terjemah Tafsir Jalalain” terj. Bahrun Abu Bakar, Lc. Bandung : Sinar Algesindo, 2001
Saleh, Qomarudin, dkk. Asbabun Nuzul, Bandung : Diponegoro, 2000
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002
Taufiq, Muhammad Izzuddin, Dalil Anfus Al-Qur’an dan Embriologi, terj. Muh. Arifin Masnur Hamzah, Abdul Hafidh Kindi, Solo : Tiga Serangkai, 2006


[1] Imam Jalaludin Al-Mahali dan Imam Jalaludin As-Suyuthi “Terjemah Tafsir Jalalain” terj. Bahrun Abu Bakar, Lc. (Bandung : Sinar Algesindo, 2001), hlm. 1413 - 1414
[2] Qomarudin Saleh dkk. Asbabun Nuzul, (Bandung : Diponegoro, 2000), hlm. 346
[3] Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur’an dan Embriologi, terj. Muh. Arifin Muh. Masnur Hamzah, Abdul Hafidh Kindi, (Solo : Tiga Serangkai, 2006), hlm. 21
[4] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 166
[5] Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil… , hlm. 25
[6] Quraish Shihab, Tafsir… , hlm. 16
[7] Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil… , hlm. 7
[8] Ibid , hlm. 85 - 86

Sabtu, 24 April 2010

Sajak Buta 2


BANGSA YANG PENUH BANGSAT


Ditelevisi Aku melihat para bangsat
Sembari keluar dari kendaraan hasil keringat rakyat
Berkoar dengan mulut busuk tak kenal akhlak
Berjalanpun membusungkan dada bagai gajah bengkak

Sandiwara pun mulai digelar
Yang salah mulai terbiar
Menyisakan tangis orang yang benar
Dalam kerangkeng demokrasi yang tertular cacar

Aduh biyung .. kenapa mereka terus bergaya
Dengan setelan jas penuh darah
Lalu .. bagaimana aku tak marah
Hingga mereka kuhina dan kucerca

Dusta lagi-lagi dusta
Jauh harapan menggapai sejahtera
Sedangkan mereka berbagi harta
Rakyat terpuruk hanya menuai sengsara

Oohh.. kebenaran telah mati
Jika telah tertutup kertas bernilai
Tak malu mereka memegangnya
Padahal gambar di sana ada dua penggagas Indonesia

Tuhan … puas kami berdoa
Puas kami menangis hingga kering air mata
Ke mana keadilan yang kami idam-idamkan
Dalam Bangsa yang kami banggakan
Bangsa yang penuh oleh para bangsat

Haruskah anak-anak kami lahir
dalam negara yang penuh sandiwara busuk ini ??



Indralaya, 09 februari 2010

Sajak Buta

Pantaskah !!!

Sakit hati kami duhai para pemimpin
Sakit tak tertahan
Ketika kami membawa uang pas ke toko ujung gang
Kaget kami dengan begitu cepatnya melonjak harga-harga
Sakit hati kami duhai tak tertahan

Sakit hati kami duhai para petinggi negeri
Tepat di ulu hati kami
Tertusuk dengan hujaman dusta yang terencana
Tanpa kami tahu apa-apa
Apa dan siapa yang biadab itu

Sakit hati kami wahai para pejabat
Kami harus menanggung semua
Rasa lapar …
Anak-anak kami kurang gizi
Terpaksa mengais makanan bekas tak bermutu

Jangankan berpikir Angka Kecukupan Gizi
Kenyangpun belum tentu kami cukup
Sepotong roti kami bagi berlima dengan lahap
Sampah yang rusak kami daur ulang
Masuk ke dalam perut kami yang kebal penyakit

Tak sadarkah ???
Kalian di sana asyik berbagi kedudukan
Bebagi limpahan uang
Kau tahu asal uang itu ???
Dari kami..
Dari hasil usaha kami sehari-hari dengan mencucurkan air mata
Lalu timbul pentanyaan di hati kecil kami wahai para pemimpin

Masih pantaskah kau duduk di atas sana !!!


Indralaya, 09 februari 2010