Jumat, 18 Juni 2010

Masa Kemajuan Kajian Ilmiah dan Teknologi dalam Islam

A. Kajian Dalam Bidang Kedokteran
Minat orang arab dalam bidang kedokteran membagi pengetahuan ke dalam dua kelompok, yaitu teologi dan kedokteran, dengan demikian seorang dokter sekaligus merupakan ahli metafisika, filosof, dan sufi, dengan seluruh kemampuannya itu, ia juga memperoleh gelar hakim (orang bijak).

Dalam hal menggunakan ramuan obat-obatan banyak kemajuan mereka yang membangun apotek pertama, mendirikan sekolah farmasi dan menghasilkan buku daftar obat-obat. Mereka telah menulis beberapa risalah tentang obat-obatan, diantara para penulis utama bidang kedokteran :
1. Ali Al-Thabari
2. Ali ibnu Abbas
3. Ibnu Sina (Avicenna)
Garis pembatas antara karya asli dan terjemahan tidak selamanya tergambar dengan jelas. Banyak penerjemah yang juga memberikan kontribusi baru dalam disiplin ilmu pengetahuan yang mereka geluti, misalnya Yuhanna bin Masaway (777 – 857) dan Hunayn ibn Ishaq (809 – 873).
Orang pertama adalah seorang dokter Kristen dan murid Jibril ibn Bakhtisyu yang tidak berhasil memperoleh tubuh manusia untuk praktik pembedahan karena adanya larangan dalam Agama islam dan akhirnya menggunakan tubuh monyet, yang diantaranya di datangkan dari Nubi pada 836 sebagai hadiah untuk al-Mu’tashim. Di tengah kondisi semacam itu ilmu anatomi tubuh hanya mengalami sedikit kemajuan.
1) Ali Ibnu Sahl Rabban al-thabari yang hidup pada pertengahan abad ke- 9, pada awalnya adalah seorang Kristen dari Tabaristan sebagaimana yang ia ceritakan dalam bukunya Kitab Al-Din dan seperti tampak dari nama ayahnya (Rabban). Pada masa pemerintahan al-Mutawakkil ia masuk Islam dan menjadi dokter pribadi khalifah.
2) Abu Bakr Muhammad ibn Zakariyya al-Razi (Rhazes 865 – 925 ) yang biasa disebut dengan al-Razi sesuai dengan tempat kelahirannya Rayy, dekat Teheran ibu kota Iran. Bisa jadi ia merupakan dokter muslim terbesar dan serta penulis paling produktif. Ketika mencari tempat baru untuk membangun Rumah sakit besar di Baghdad, kemudian menjabat sebagai kepala dokter.
3) Ali ibn Al-Abbas (Haly Abbas w. 994) yang awalnya menganut ajaran Zoroaster sebagaimana terlihat dari namanya al-Majuzi, dikenal sebagai penulis buku al-Kitab al-Maliki (buku raja, Liber Regius) yang ia tulis untuk raja Buwayhi adhud ad-dawlah fanna khusraw yang memerintah antara 949 hingga 983. karya ini disebut juga Kamil al-shina’ah al-Thibbiyah sebuah kamus penting yang meliputi pengetahuan dan praktik kedokteran.
4) Ali ibn Al-Husayn, nama depan ibn Sina adalah adalah putera Abdullah dari keluarga Ismail. Lahir dekat Bukhara. Ia menghabiskan seluruh masa hidupnya di bagian timur dunia Islam dan di makamkan di Hamadan. Ketika mudanya ia telah berhasil menyembuhkan Sultan Dinasti Samaniyyah di Bukhara, Nuh ibn Manshur (memerintah 976 – 997) sehingga ia diberi hak istimewa untuk menggunakan perpustakaan besar milik raja.

B. Perkembangan Filsafat Islam
Bagi orang Arab, filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran dalam arti yang sebenarnya, sejauh hal ini bisa difahami oleh pikiran manusia. Sebagai muslim, orang Arab percaya bahwa Al-Qur’an dan teologi Islam merupakan rangkuman dari hukum dan pengalaman agama. Karena itu kontribusi orisinil mereka terletak di antara filsafat dan agama di satu sisi dan di antara filsafat dan kedokteran di sisi lainnya. Nama-nama besar dalam bidang filsafat Arab adalah Al-Kindi, dan ibnu Sina.
a. Filosof pertama (al-kindi) atau Abu Yusuf Ya’qub ibnu Ishaq, lahir di Kuffah sekitar 801, ia tinggal dan menetap di Baghdad pada 873 karena beliau masih keturunan Asli Arab, maka ia memperoleh gelar “Filosof bangsa Arab” dan ia merupakan representasi pertama dan terakhir dari seorang murid Aristoteles di dunia Timur yang murni keturunan Arab. Sistem alirannya bersifat eklektisisme, namun Al-Kindi menggunakan pola Neo-Platonisme untuk menggabungkan pemikiran Plato dan Aristoteles, serta menjadikan matematika neo-phytagoras sebagai landasan semua ilmu. Beliau ahli dalam perbintangan, kimia, ahli mata, dan musik.
Proyek harmonisasi antara filsafat Yunani dengan Islam, yang dimulai oleh al-Kindi dilanjutkan oleh Al-Farabi, dilahirkan di Transoxiana, ia dididik oleh seorang dokter Kristen dan penerjemah Kristen dari Baghdad. Beliau meninggal di Damasakus tahun 950 pada usia sekitar 80 tahun. Sistem filsafatnya, seperti yang terungkap dari beberapa risalahnya tentang Plato dan Aristoteles. Merupakan campuran antara Platonisme, Aristotelisme, dan mistisisme yang membuatnya dijuluki sebagai “guru kedua” setelah Aristoteles. Al-Farabi menulis berbagai karya tentang psikologi, politik dan metafisika. Salah satu karyanya adalah risalah fushush al-hikam.
b. Ibnu Sina (w. 1037) merupakan tokoh yang menulis karya-karya paling penting dalam bahasa Arab tentang teori musik. Menurut ibn Khalikan ”tidak ada satu pun orang islam yang pernah mencapai pengetahuan filosofis yang menyamai prestasi al-farabi dan melalui kajian terhadap berbagai karyanya, serta peniruan terhdap gaya penulisannya itulah ibnu Sina mencapai keunggulan, dan menjadikan karya-karyanya sedemikian bermanfaat. Meski demikian, ibnu Sina merupakan pemikir yang sanggup menyatukan berbagai kebijaksanaan Yunani dengan pemikirannya sendiri, yang dipersembahkan untuk kalangan muslim terpelajar dalam bentuk yang mudah dicerna.

C. Kajian Astronomi dan Matematika
Kajian ilmiah tentang perbintangan dalam islam mulai dilakukan seorang astronomi yang terkenal yaitu Abu Abbas Ahmad Al-Afgani (Transoxiana) karyanya yaitu Al-Mudkhil Ila Ilm Hay’ah Al-Aflak, diterjemahkan ke bahasa latin pada 1135 oleh John dari Seville dan Gerard dari Cremone, dan ke bahasa Ibrani.
Observasi pertama dengan menggunakan peralatan yang cukup akurat. Di observatorium itu, para astronom kerajaan tidak saja mengamati dngan seksama dan sistematis berbagai gerakan benda-benda langit, tetapi juga menguji semua unsur penting dalam Almagest Ekliptik bumi, ketepatan lintas matahari, panjang tahun matahari.
Al-Ma’mun membangun obervatorium lagi di bukit Kasiyun, perangkatnya terdiri atas busur 90ยบ, astrolob, jarum penunjuk, dan bola mulia. Ibrahim al-fazari adalah islam pertama yang membuat astrolob, yang meniru bentuk astrolob Yunani.
Selain observatorium yang didirikan oleh Al-Ma’mun, ada lagi satu observatorium yang dioperasikan oleh ketiga anak Musa ibn Syakir. Sultan Dinasti Buwayhi, Syaraf al-Daulah membangun observatorium di Baghdad. Di Istana khalifah Buwayhi lainnya, Rukn Ad-Daulah.
Ahli astronomi lainnya, Abu Abdullah Muhammad ibnu Jabir al-Battani. Ia mengoreksi beberapa kesimpulan Ptolemius dalam karya-karyanya dan memperbaiki perhitungan orbit bulan dan beberapa planet. Ia membuktikan kemungkinan sudut Ekliptik bumi dengan tingkat keakuratan yang lebih besar dan mengemukakan berbagai teori orisinil tentang kemungkinan munculnya bulan baru.

D. Perkembangan Dalam Bidang Kimia
Dalam ilmu kimia dan ilmu pengetahuan fisika, orang Arab telah memperkenalkan tradisi penelitian objektif. Meskipun terkenal akurat dalam berbagai fenomena alam, giat menghimpun berbagai fakta, orang Arab tetap saja sulit memberikan hipotesis yang memadai. Meghasilkan kesimpulan-keimpulan yang benar ilmiah titik kelemahan tradisi intelektual mereka.
Bapak kimia Arab adalah Jabir ibnu Hayyan (Geber), di Kuffah sekitar 776. ia merupakan tokoh terbesar dalam bidang ilmu kimia setelah al-Razi. Sebuah legenda menyebutkan bahwa putra mahkota dinasti Ummayyah, Khalid ibn Yazid ibn Mu’awwiyah dan Imam Syi’ah ke – 4 yaitu Ja’far Shadiq pernah menjadi gurunya. Jabir percaya bahwa logam biasa seperti seng, besi, dan tembaga dapat diubah emas, atau perak dengan formula misterius, yang untuk mengetahuinya ia telah menghabiskan banyak tenaga dan waktu. Ia telah mengakui dan menyatakan perhitungan eksperimen secara lebih seksama daripada ahli kimia sebelumnya, dan telah melangkah lebih maju baik dalam perumusan teori maupun dalam praktik kimia.

E. Peristiwa Penting Dalam Masa Pemerintahan Abbasiyah
Pada tahun 175 H Abdullah ibn Mush’ab Az-Zubairy menyebarkan kabar yang bersifat provokasi bahwa Yahya bin Abdullah bin Hasan Al-Alawi meminta kepadanya untuk melakukan pemberontakkan kepada Harun Al-Rasyid, atas tuduhan itu Yahya meminta untuk melakukan mubahalah (sumpah antara yang menuduh dan yang dituduh bahwa jika salah satu di antara keduanya melakukan kebohongan maka dia akan dilaknat oleh Allah), dengan disaksikan oleh Harun Al-Rasyid sendiri. Lalu Harun Al-Rasyid menjabat kedua orang itu, Al-Rasyid berkata kepada Zubairy :
”Yaa Allah jika Engkau tahu bahwa Yahya tidak mengajak saya untuk memecahkan umat dan melakukan pemberontakkan kepada Amrul Mu’minin, maka jadikanlah saya hanya bergantung kepada daya dan upayaku sendiri dan jatuh siksa kepadaku dari sisi-Mu amin Yaa Robbal Alamin”.
Az-Zubairy mengatakan apa yang diminta oleh Al-Rasyid dengan gemetar dan terbata-bata Yahya mengucapkan seperti yang diperintahkan oleh Harun Al-Rasyid lalu keduanya pergi dan tempat itu dan ternyata Zubairy mati pada hari itu juga.


DAFTAR PUSTAKA

Imam As-Suyuthi, Sejarah Para Penguasa Islam, (terj.) Samson Rahman, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003

K. Hitti, Philip, History of The Arabs, (terj.) R. Cecep Lukman dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar